Kamis, 25 September 2014

satuan acara penyuluhan LESI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (LESI)








           


DISUSUN OLEH :
RIFKI FAKHRIZAL
2012134
2B

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN SERANG
2014

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat, baik nikmat rohani maupun nikmat jasmani  sehingga saya dapat menyelesaikan  tugas SAP “LESI” ini dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa pula kami ucapkan kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah ini yaitu Hj. Ns. Ernawati umar Skep.Mph  yang telah membantu  dan membimbing kita semua dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat di jadikan sebuah referensi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. 







Serang, 12 Agustus 2014
Penyusun






RIFKI FAKHRIZL
NIS : 2012134
 
 

















SATUAN ACARA PERKULIAHAN

I.                   MATERI PENGANTAR
Bidang studi               : KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH  III
Pokok bahasan            : LESI
Sub pokok bahasan     :
1.      Pengertian  LESI
2.      Etiologi LESI
3.      Manifestasi klinik LESI
4.      Perangkat diagnostic LESI
5.      Komplikasi LESI
6.      Penataleksanaan LESI
Peserta didik               : Mahasiswa tingkat II               
Waktu                         : 20 menit
Tempat                        : Kelas II Akper Pemda Serang  
Pambimbing                : Hj. Ns. Ernawati umar Skep.Mph 
Penyaji                        : FIRMAN
 


A.    TUJUAN
II.                TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit di harapkan pasien dan keluarga-nya mampu memahami tentang LESIdengan benar.        

III.             TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, pasien dapat:
1.      Menjelaskan Pengertian  LESI
2.      Menjelaskan Penyebab penyakit LESI
3.      Menyebutkan Tanda dan Gejala penyakit LESI
4.      Menjelaskan cara mencegah penyakit LESI
5.      Menjelaskan cara mengobati  LESI


B.     MATERI DAN METODE
1.      Pengertian  LESI
2.      Etiologi LESI
3.      Manifestasi klinik LESI
4.      Perangkat diagnostic LESI
5.      Komplikasi LESI
6.      Penataleksanaan LESI

2.     METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
D. MEDIA DAN SUMBER MATERI PEMBELAJARAN
1.      Materi SAP
2.      Leaflet






C.    KEGIATAN PEMBELAJARAN
No.
Kegiatan
Waktu
Metode
Media
Media
1
Mempersiapkan materi, media, tempat,kontrak waktu.
3 menit
2
Pembukaan :
Membuka pembelajaran, memberi salam, memperkenalkan diri, menjelaskan pokok bahasan, menjelaskan tujuan
2 menit
Ceramah
Leaflet,
Menjawab salam Men- dengarkan dan mem- perhatikan
3
Pelaksanaan :
      Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur
Materi :
1.      Pengertian LESI
2.      Gejala LESI
3.      Penyebab LESI
4.      Pencegahan LESI
5.      Pengobatan LESI
7.       
10 menit
Ceramah
Leaflet,
Menyimak dan men-dengarkan
4
Evaluasi :
-  Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya dan memberi kesempatan kepada klien untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
4 menit
Ceramah,tanya jawab
Leaflet,
Bertanya dan menjawab pertanyaan
5
Penutup :
Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
Menyampaikan terima kasih
1 menit
Ceramah
Menjawab salam



D.    DAFTAR PUSTAKA
E.     EVALUASI
            1. Prosedur
·         Awal proses pembelajaran
·         Selama proses pembelajaran

2. Jenis             : Lisan
3. Bentuk                    : Essay
4. Alat evaluasi           : 2 butir pertanyaan



LAMPIRAN
MATERI
LESI
Kulit atau integument adalah system organ yang terluas yang menutupi tubuh. Sistem integument ini meliputi kulit, rambut, kelenjar yang ada didalam kulit, dan kuku. Sistem integument mempunyai fungsi yang sangat penting. System integument meliputi kulit, untuk itu perlu diketahui anatomi kulit.
Kulit dibagi menjadi 3 lapisan utama mulai dari superficial antara lain :
2.1.1    Epidermis
Epidermis terdiri dari 4 macam lapisan yaitu :
  • Lapisan yang paling dalam : lapisan ini selalu beregenerasi untuk  memproduksi sel    kulit, regenerasi ini terjadi pada basal sel yang disebut dengan sel keratinosit.
  • Permukaan kulit : Pada lapisan ini terjadi proses regenerasi yang terjadi setiap 28-30 hari.
  • Lapisan tengah : Lapisan ini sangat aktif dalam proses metabolisme dan pada lapisan ini banyak terdapat berbagai jenis sel, antara lain : Melanosit yang berfungsi untuk memproduksi melanin. Dan melanin ini menunjukkan pigmen atau warna kulit seseorang, selain itu juga berfungsi sebagai filter dari radiasi sinar ultraviolet.
  • Permukaan lapisan : Bagian epidermis yang berfungsi melindungi kulit secara mekanik, kimia, dan juga melindungi jaringan yang ada dibawahnya agar tidak terjadi dehidrasi.
2.1.2    Dermis
Lapisan dermis menghubungkan lapisan jaringan dari kulit dan menyambung epidermis dengan serat kolagen dan serat elastis. Antara Dermis dan Epidermis dipisahkan oleh jaringan adipose dan mendapat suber nutrisi untuk epidermis, pada lapisan drmis juga berisikan pembuluh darah, serabut saraf, kelenjar sebaseus, kelenjar suderifera dan folikal rambut. Kelenjar sebaseus menyimpan sebum, ini berfungsi untuk melindungi kulit untuk penyerapan yang tidak semestinya atau penguapan air yang berlebihan dari kulit serta menjkaga kulit agar tetap halus. Kelenjar sudorifera ditemukan pada permukaaan kulit dengan meregulasi suhu tubuh dengan membuang dingin.



2.1.3        Subcutan
Lapisan Subcutanius adalah lapisan yang tebal dan padat, lapisan ini berada dibawah dermis. Lapisan ini sebagian besar berisikan pembuluh darah, limfe, serabut saraf. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi organ yang ada didalamnya dari trauma dan untuk menyimpan energi.

2.2 KELENJAR PADA KULIT
  • Kelenjar Sebasea
Berkaitan dengan folikel rambut, saluran keluar (duktus) kelenjar sebasea akan mengosongkan secret minyaknya kedalam ruangan antar folikel rambut dan batang rambut.
  • Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit, sebagian permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya Glans Penis, bagian tepi bibir (margo labium oris).
  • Kelenjar Ekrim
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung kepermukaan kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar, dan berbeda dengan kelenjar ekrim, secret kelenjar ini mengandung fragmen sel-sel sekretorik. Kelenjar apokrin terdapat didaerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Saluran keluarnya pada umumnya bermuara kedalam folikel rambut. Kelenjar apokrin akan menjadi aktif pada pubertas. Pada wanita, kelenjar apokrin membesar dan pembesaran ini akan berkurang pada setiap siklus haid.
  • Kelenjar Apokrin
Memproduksi keringat yang keruh seperti susu dan diuraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa dijumpai pada telinga luar tempat kelanjar tersebut memproduksi serumen

2.3 FUNGSI KULIT
2.3.1    Melindungi
Kulit adalah bagian tubuh pertama sebagai pertahanan dari berbagai jenis luka. Epidermis adalah bagian yang tahan air, yang mencegah masuknya mikro organisme kedalam system tubuh. Dermis adalah lapisan dibawah epidermis, dapat mengubah jaringan penyambung yang berisi pembukuh darah, urat saraf, keringat, dan kelenjar sebacea. Lapisan kulit yang terdalam adalah Cutaneous, yang membantu mengisolasi tubuh dan menyarap getaran. Kulit kering biasanya menghambat pertumbuhan bakteri yang tinggal didalam permukaan kulit ketika tubuh dalam keadaan utuh kulit juga berfungsi melindungi tubuh dari dampak terjadinya trauma. Membran mucos juga sebagai pelindung tubuh.

2.3.2    Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit m,emungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya.
2.3.3    Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
2.3.4        Pengaturan Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi panas akan hilang melalui 3 proses fisik :
  1. Radiasi, merupakan pemindahan panas ke benda lain  yang suhunya lebih rendah dan berada pada suatu jarak tertentu.
  2. Konduksi, merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
  3. Konveksi, merupakan panas ynag dipindahkan lewat kondisi ke udara yang akan melingkupi tubuh.
2.3.5        Produksi Vitamin
Kulit yang terpajang sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit reketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor yang menyebabkan devormitas tulang.
2.3.6        Fungsi Respon Imun
Pada fungsi ini menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel langerhans, interleukin -1 yang memproduksi keratinosit, dan sub kelompok limfosit –T) yang merupakan suatu komponen penting dalam system imun.


2.4 MENGKAJI LESI KULIT
2.4.1  Lesi Primer
Merupakan lesi pertama yang timbul dari kulit  yang sebelumnya normal.
  • Mocula: perubahan warna kulit, tidak teraba, dengan batas jelas kurang dari 1cm
Contoh : noda pada wajah (freckles), molar yang datar, rubella
  • Pacula :  menonjol, batas jelas, elevasi kulit yang padat. Kurang dari 0,5 cm
Contoh : nevi yang menonjol, veruka, karotis, aktinat.
  • Nodula : tonjolan padat berbatas tegas, lebih besar dari pada papula kurang lebih 0,5 – 2 cm
Contoh : dermatolibroma
  • Tumor : tonjolan padat seperti nodula, lebih besar ukurannya
Contoh : lipoma yang lebih besar, karsinoma.
  • Vasicula : papula dengan cairabn serosa didalamnya
Contoh : varicela, lepuh.
  • Pustula : papula dengan cairan pus didalamnya
Contoh : acne, karbunkel, purunkel, impetigo
  • Kista : tonjolan padat berisi cairan yang berkapcul, terdapat p[ada jaringan subkiutan/dermis
Contoh ; Kista sebaseal, kista epidermoit.

2.4.2 Lesi sekunder
Lesi yang terjadi akibat perubahan pada lesi primer
  • Ulkus : kehilangan kulit meluas melampaui lapisan epidermis, hilangnya jaringa nekrotik, pendarahan dan pembentukan sikatrik dapat terjadi.
Contoh : Ulkus statis akibat insufisiensi venius, ulkus bikubitus.
  • Erosi : Hilangnya lapisan epidermis yang superficial, tidak meluas ke lapisan dermis, daerahnya cekung dan basah.
Contoh : Vesikel yang reptur, bekas-bekas goresan / garukan.
  • Skuama : Pembentukan skuama (sisik) terjadi sekunder akibat proses deskuamasi epitel yang mati dan dapat melekat pada permukaan kulit, warna bervariasi (keperakan, putih), tekstur berfareasi (tebal, halus).
Contoh : Ketombe, psoriasis, kulit yang kering pitinjassis rosea.
  • Kurusta : Residu serum, darah / pus yang mongering pada permukaan kulit, krusta yang lebar dan melekat disebut scab.
Contoh : residu yang tertinggal sesudah rupture vesikel : Mptigo, herpes, heksema.
  • Fissura : Retakan linier pada kulit, dapat meluas ke dalam dermis.
Contoh : bibir / tangan yang pecah-pecah, teniapedis.
  • Parut : Bekas pada kulit yang tertinggal sesudah suatu luka atau lesi mengalami kesembuhan, menggambarkan pergantian oleh jaringan ikat dan dari jaringan yang cidera, jaringan parut yang muda : merah atau ungu, jaringan parut yang masak : putih atau mengkilap.
Contoh : Insisi bedah atau luka yang sembuh.
  • Keloit : Jaringan sikatrik yang mengalami hipertofi, terjadi sekunder akibat pembentukan kolagen yang berlebihan selama proses penyembuhan, menonjol, irigiler, berwarna merah, insidensi yang terbesar pada populasi kulit berwarna seperti orang Africa atau America.
Contoh : koloit pada luka, insensi bedah atau penusukan daun telinga.
  • Atrofi : Gambaran epidermis yang tipis kering dan transparan, hilangnya garis-garis pada permukaan kulit terjadi sekunder akibat hilangnya kolagendan elastin, pembuluh darah yang ada dibawahnya dapat terlihat.
Contoh : kulit yang menua, insuvisiensi anterial.
  • Likennivikasi : kulit yang menebal dan menjadi kasar, garis-garis kulit yang semakin nyata dapat terjadi sekunder akibat gesekan, iritasi atau garukan yang berulang-ulang.
Contoh : Dermatitis kontak.

2.4.3 Lesi vascular
a.       Petekie : Makula yang merah atau dan membentuk bulat, berukuran kecil 1-2 mm, terjadi sekunder akibat ektra vasasi darah, berkaitan dengan kecenderungan perdarahan atau empoli pada kulit.
b.      Ekimosis : Lesi membentuk mokola yang bundar atau iriguler, lebih besar dari pada petekie, warna bervariasi dan berubah : hitam, kuning dan hijau, terjadi sekunder akibat ekstra vasasi darah, berkaitan dengan trauma, kecenderungan berdarah.
c.       Cherriy angloma : papuler dan bulat ,merah dan ungu, terjadi pada ekstra menitas, badan, menjadi pucat ketika ditekan, berubahn kulit yang normal yang berhubungan dengan penuaan, biasanya tidak memiliki makna klinik.
d.      Spider Angloma : Lesi arterier yang berwarna merah memiliki badan ditengah dengan cabang-cabang yang menyebar, terlihat pada wajah, leher, lengan, badan jarang terlihat dibawah pinggang menjadi pucat ketika ditekan berkaitan dengan penyakit hepar, kehamilan dan devisiensi vitamin B.
e.       Telangektasis : bentuk bervariasi : mirip laba-laba atau bintang, berwarna kebiruan atau merah, tidak memucat ketika ditekan terlihat pada tungkai, dada bagian anterior, terjadi sekunder akibat dilatasi superficial pembuluh vena dan kapiler, berkaitan dengan peningkatan tekanan vena ( verikosa ).

2.5 PENGKAJIAN KULIT
Sinar matahari meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin.
Berikut ini adalah variasi-variasi kulit :
1.  warna         : biru kemerah-merahan
proses         : kombinasi akibat jumlah total hemoglobin meningkat,
meningkatkan hemoglobin reduksi, dan statis kapiler
penyebab     : polisitemia
lokasi           : muka, konjungtiva, mulut, tangan, kaki.

2. warna          : coklat
proses          : deposisi melanin
penyebab     : sinar matahari, hamil, penyakit addeson dan beberapa tumor
pitoitari
lokasi           : area terbuka, muka (topeng kehamilan / kolesma / melesma), putting
susu, areola, leniamigra, vulva

3. warna          : biru
proses          : deoksihemologlobin meningkat akibat hiotoksia, yang merupakan
Peripheral / kapilerat
Sentral / aterial hemoglobin abnormal
penyebab     : Aksitas / dingin , penyakit jantung/paru-paru, methemoglobin,
nemia didapat / kongenetal, sub hemoglobinnemia
lokasi           : kuku, kadang bibir, mukosa mulut, lidah, kuku,

4. warna          : karotenemia
proses          : kadar karotin meningkat
penyebab     : peningkatan asupan karotin yang mengandung sayur dan buah-
buahan : miksedema, hipopituitariosme, diabetesmelitus,
anoareksia nervosa
lokasi           : telapak tangan, kaki, muka tidak mempengaruhi konjungtiva atau
serabut lendir yang lain

5. warna          : kuning
proses         : kadar bilirubin meningkat
penyebab     : penyakit hati, hemolisis sel darah merah
lokasi          : lebih nampak pada meningkat konjungtiva dari pada selaput lendir
yang lain dan bagian yang lain
6.  warna         : merah
proses         : peningkatan visibilitas oksihemoglobin karena :
dilatasi atau peningkatan jumlah pembuluh darah superficial atau       peningkatan aliran darah
penyebab    : demam, alcohol, peradangan local
lokasi          : muka dan dada atas atau daerah sekitar peradangan
penggunaan oksigen dikulit menurun
penyebab    : lingkungan yang dingin
lokasi          area yang terkena dingin : L telinga



Serang, 12 Agustus 2014
KORDINATOR MATA AJARAN






Hj. Ns. Ernawati Umar S.Kep, M.Kes
 
 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar